Jumat, 12 November 2010

Belajar Dari Tukang Parkir

Tukang parkir.  Ada hal yang menarik untuk diperhatikan sebagai perumpamaan dari seorang tukang parkir.  Meski begitu banyak dan beraneka ragam jenis mobil yang ada di pelataran parkirnya, mengapa dia tidak menjadi sombong.  Bahkan, walaupun berganti-ganti setiap saat dengan yang lebih bagus atau pun dengan yang lebih sederhana sekalipun, tidak akan mempengaruhi penerimaannya.  Dia senantiasa bersikap biasa-biasa saja.
            Luar biasa jiwa seorang tukang parkir.   Jarang kita lihat ada tukang parkir yang petantang petenteng memamerkan mobil-mobil yang ada di lahan parkirnya.  Lain waktu ketika mobil-mobil itu satu per satu meninggalkan lahan parkirnya, bahkan sampai kosong ludes sama sekali, hal itu tidak menjadikan dia stress.  Kenapa bisa demikian?  Tiada lain karena tukang parkir ini tidak merasa memiliki, melainkan merasa sekedar dititipi.  Ternyata inilah rumus hidup si tukang parkir.
            Seharusnya begitulah sikap kita menghadapi dunia ini.  Punya harta melimpah, deposito jutaan rupiah, pun mobil keluaran terbaru paling mewah, tidak menjadi sombong sikap kita karenanya.  Begitu pula sebaliknya, ketika harta diambil, jabatan dicopot, mobil dicuri, tidak menjadi stress dan putus asa.  Suka-suka yang menitipkan, mau diambil sampai tandas dan ludes sekalipun, silahkan saja.  Toh kita memang sekedar dititipi.
            Andaikata kita merasa lebih tentram dengan sejumlah tabungan di bank, saham di sejumlah perusahaan ternama, real estate investasi di sejumlah kompleks perumahan mewah atau sejumlah perusahaan multi nasional yang dimiliki, maka itu berarti dalam diri kita belum tampak nilai zuhud.  Seberapa besar uang pun tabungan kita, seberapa banyak saham pun yang dimiliki, sebanyak apa pun asset yang dikuasai, seharusnya kita tidak merasa lebih tentram dengan jaminan itu semua.  Karena semua itu tidak akan datang kepada kita, kecualai dengan ijin Allah SWT.  Dia-lah Maha Pemilik apa pun yang ada di dunia ini.
            Rasulullah SAW pernah bertutur, “Zuhud terhadap kehidupan dunia adalah tidak menganggap apa yang ada pada dirimu lebih pasti dari pada apa yang ada pada Allah.” (HR. Ahmad)

2 komentar: