Jumat, 17 Desember 2010

Wanita - Sempurnanya Sebuah Kejadian Insan


        Empat belas kurun yang lalu, Islam telah meletakkan hukum yang jelas dan sahih. Wanita diletakkan sebagai
kaum yang mulia dan dihormati. Setinggi mana kemuliaan seorang lelaki, pasti ada secebis kemuliaan yang serupa
untuk kaum wanita. Wanita tidak diciptakan sebagai "alas kaki" kaum lelaki, malah wanita menduduki tangga teratas
sebagai individu yang paling dihormati dalam sebuah keluarga Islam.

         Wanita dicipta dari tulang rusuk yang pada hakikatnya merupakan perlambangan kepada sifat keras
hati yang dimiliki sebagai sifat semulajadi seorang wanita. Oleh kerana wanita dijadikan sebagai kaum yang
lemah dari aspek fizikal, mereka hanya mampu menggunakan kekuatan spiritual ini untuk mengimbangi kekuatan
lahiriah kaum hawa. Anugerah semula jadi ini melengkapi apa yang tidak mereka miliki. Tulang rusuk yang
semulajadinya bengkok merupakan gambaran sifat fizikal dan mental yang cukup istimewa meskipun pada dasarnya,
ia merupakan sifat semulajadi yang tidak seimbang. Meluruskannya berarti memikul tanggung jawab yang cukup
berat untuk kaum lelaki. Lantaran keupayaan kaum lelaki sebagai khalifah di bumi Allah, maka kaum lelaki juga
diberikan tanggungjawab sebagai pembimbing kepada kaum hawa ini.

          Istimewanya seorang wanita bermula dari alam kanak-kanaknya. Seawal kehidupan seorang wanita, dia
dilahirkan dan sewajarnya di asuh dengan segala aspek kelembutan - yang membezakannya dengan anak-anak lelaki.
Memasuki zaman gadis, seorang wanita mula dibekalkan dengan sifat semulajadi yang kian lengkap. Kaum hawa
pada peringkat ini mula mengalami perubahan sifat menjadi lebih sensitif, keras hati dan mungkin agak
pemalu. Sifat-sifat ini membentuk keperibadian yang tidak seimbang. Lantaran itulah kaum wanita dikatakan
sebagai lebih cepat matang berbanding kaum lelaki - akibat perubahan mental, fizikal dan spiritual yang
dialaminya. Namun kematangannya lebih dipengaruhi oleh pembentukan emosi yang senantiasa memerlukan bimbingan.

          Dunia wanita sebagai seorang isteri dari perspektif Islam pula meletakkannya sebagai individu di sebelah
suaminya. Sebagai isteri, wanita diletakkan pada kedudukan yang kedua tinggi selepas si suami, tetapi
tidak berarrti yang dia tidak perlu dihormati oleh suaminya. Kelangsungan dari itu, wanita sebagai seorang
ibu diangkat darajatnya lebih tinggi daripada seorang bapak. Seperti yang diriwayatkan di dalam hadis (riwayat
Bukhari), "syurga itu di bawah telapak kaki ibu". Derajat seorang ibu itu mengatasi segalanya selagi dia akur pada
Allah dan agamanya. Ini kerana peranan dan tanggungjawab seorang ibu untuk mendidik anak-anaknya itu jauh lebih
berat daripada tanggungjawab seorang suami mendidik isterinya. Ibu merupakan pencorak terbesar dalam
pembinaan maruah dan citra diri seorang anak. Dia yang bertanggungjawab mendidik dan membesarkan zuriatnya.
Meskipun ada bantuan dari pihak suami, tetapi peranan dan tanggungjawab suami sebagai pembina keluarga,
mencari nafkah dan sebagainya memberikan implikasi bahwa, sebahagian besar tanggungjawab pembentukan diri
anak-anak tergalas di bahu si ibu.

         Wanita sering dikaitkan dengan daya sensitiviti yang sering dikatakan sebagai sesuatu yang keterlaluan.
Namun, sama ada disadari atau tidak, sensitiviti milik kaum hawa inilah yang menyebabkan dia mampu melaksanakan
tugas dan peranannya sebagai seorang gadis, isteri dan ibu yang sempurna. Tanpa sensitiviti ini, mereka tidak
akan peka pada setiap kehendak dan keperluan dalam kehidupan. Dan sensitiviti ini merupakan satu
keistimewaan yang cukup berarti, karena dengannya, wanita mampu melahirkan cinta dan kasih sayang yang tidak
bersempadan sama ada sebagai anak, isteri, maupun seorang ibu kepada anak-anaknya.

       Wanita dari kaca mata Islam adalah sesempurna kejadian insan. Dia dicipta untuk melahirkan, menyabung nyawa
demi memanjangkan zuriat. Islam menobatkan kaum wanita pada kedudukan yang tinggi tanpa sebarang penghinaan,
meletakkannya sebagai bidadari syurga atas segala keistimewaan miliknya selagi terpelihara. Lantaran itu,
bagi kaum wanita, bersyukurlah karena anda dilahirkan sebagai kaum yang cukup istimewa. Mampu menghadapi
saratnya tanggungjawab meskipun dikategorikan sebagai kaum yang lemah. Anda memiliki "kekuatan" yang tak
tertanding oleh kaum lelaki yang seharusnya anda hormati. Namun kelebihan ini bukanlah lesen untuk
bermegah mendabik dada. Setinggi mana derajat kaum hawa diangkat, tetap memerlukan lelaki sebagai pelindungnya.
Dan Maha Besar, Maha Suci kuasa Allah yang menciptakan - lelaki dan wanita, kekuatan dan kelemahan - yang saling
memerlukan, saling melengkapkan kehidupan.


Kaum hawa dicipta dari rusuk Adam,
bukan dari kepalanya untuk dijadikan atasnya..
bukan dari kakinya untuk dijadikan alasnya..
melainkan dari sisinya,
untuk dijadikan teman hidupnya...
dekat pada lengannya untuk dilindungi
dan dekat pada hatinya untuk dicintai...

(Hadis Rasulullah s.a.w)

oleh : Semut merah

Jumat, 10 Desember 2010

Rasulullah SAW dan Pengemis Yahudi yang Buta


              Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta hari demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya". Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Rasulullah SAW melakukannya hingga menjelang Beliau SAW wafat. Setelah kewafatan Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.

             Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.

                  Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abubakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya.

                 Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.... Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.


Subhanallah.....Dapatkah kita seikhlas dan setulus Rasulullah????

Jumat, 03 Desember 2010

Sebuah Kisah "Wanita yang dicintai suamiku"

Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku. Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi kekantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit. Aku pikir dia workaholic.

Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itupun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang. Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.
Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas. Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami.

Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama meisha, temannya Mario saat dulu kuliah. Meisha tidak secantik aku, dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona.
Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita. Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya,
" Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh... dasar anak nakal, sini piringnya, "
lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !
Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit daripada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.
Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.
Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu?
karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta , aku tidak pernah menyangka, hatikupun akan mendung, bahkan gerimis kemudian. Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papa nya, dan memanggilku,
" Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?"
Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,
Dear Meisha,
Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku,
aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima.
Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.
Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya.
Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari untuk mengisi kekosongan hatiku.
Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.
Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan.
Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami.
Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.
Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau mengerti,
you are the only one in my heart.

yours,
Mario


Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat.
Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku. Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain. Aku mengumpulkan kekuatanku.
Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya. Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju.
Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua.
Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya. Betapa tidak berharganya aku.
Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ?
Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ?
itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku.
Betapa malangnya nasibku. Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

                                                                                       **********

Setahun kemudian...

Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang.
Tanah pemakaman itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

" Mario, suamiku....
Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja dikantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan.
Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya.
Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku.
Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku...
Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.....
Ternyata aku keliru....
aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita.
Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario. Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata,
" kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"
Aku tidak perduli,dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya. Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia bersamaku.
Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

Istrimu,
Rima"

Di surat yang lain,

"......... Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es.
Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha...... "

Disurat yang kesekian,

".......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.
Aku telah berubah, Mario.
Engkau lihat kan , aku tidak lagi marah2 padamu, aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai.
Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah.
Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan "sudahkah kekasih hatiku makan siang ini?"
Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, dirumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.. ..... Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya.. ......"

Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya...
dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya. Disurat terakhir, pagi ini...

"........... ...Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.
Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.
Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.
Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran dimatamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.
Tahukah engkau suamiku,
Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah,
baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu.......?"

Jelita menatap Meisha, dan bercerita,
" Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku. Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik.
Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya.
Mama memarkir motornya diseberang jalan, Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan dengan kecepatan tinggi......
aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante.....
aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak.... .."
Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak.
Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.
Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

Dear Meisha,
Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.
Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia.
Hatiku mulai bergetar....
Inikah tanda2 aku mulai mencintainya
Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha.
Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana.
Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku....

Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk disamping nisan Rima.
Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario.
Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.


Jakarta, 7 Januari 2009

Best Regards,
TiNi Ht

Sedihnya.... T_T

Selasa, 23 November 2010

Sebab Cinta Adalah Dusta

       
      Kisah Yang cukup menyedihkan.Iseng2 membaca artikel dan kutemukan tulisan ini...
        Mungkin aku telah salah menilai sikapmu. Aku tahu, yang kau cari bukan perempuan macam aku. Aku bukan perempuan yang bisa memikat hatimu, bukan juga perempuan yang bisa mematahkan semua idealismemu, bukan. Aku tak lebih dari sekedar perempuan yang numpang lewat dalam kehidupanmu. Aku tak tahu, jika saat ini mungkin kau menginginkan aku pergi dari kehidupanmu secara diam-diam. Karena jelas, tidak mungkin kau mengusirku terang-terangan. Karena bagaimanapun kau akan merasa bersalah. Bukankah kau pernah berjanji setia?

        Aku tak seharusnya menginginkan diakui sebagai aku yang dikenal olehmu hanya semata-mata huruf. Ya, hanya huruf-huruf! Aku harus menyadari bahwa aku telah dijadikan sebagai dadu olehmu. Bukankah laki-laki terbiasa menjadikan hidupnya sebagai permainan? Lagi-lagi aku harus mengakui, bahwa akulah taruhan dalam permainanmu kali ini. Jujur, aku terlanjur jatuh cinta pada matamu. Aku telah benar-benar terbiasa memahami sorot tajam matamu. Lantas, salahkah aku jika aku telah dengan benar-benar jatuh cinta? Bukan semata-mata dadu yang dilempar ke udara, atau sebuah pertaruhan antara dua sisi mata uang.

        Tapi mungkin harus kuakui, aku benar-benar kalah. Aku harus menjadi pecundang pada permainan kali ini. Selamat! Kau yang memenangkannya! Matamu ternyata tak pernah menyimpan cinta untukku, pun juga hatimu. Maka kubiarkan luka ini terbakar lagi. Menjadikannya abu mungkin lebih baik. Agar tak lagi kukenali sosok cinta, agar tak lagi kucium harum cinta, takkan lagi kutemui keindahannya. Sebab aku telah menjadi abu. Biarkan mataku tertutup atas segala hal yang berlabel cinta. Sebab Cinta Adalah Dusta!!!



*sebuah catatan ditemukan dalam keadaan tak mudah dibaca pada kertas folio yang sudah lusuh dengan spidol yang memudar. disana tak ada tanggal, mungkin dia tak menginginkan ingatan akan hari itu melintas kembali dalam benaknya.*

Oleh : Widzar Alghifary

Sabtu, 20 November 2010

Sayyida Nafisa At - Tahira

    Sejarah Islam hanya mencatat sedikit saja nama ulama perempuan. 
Umat lebih mengenal nama ulama lelaki daripada perempuan. Umat Islam di
Indonesia lebih mengenal Imam Syafii, Hanafi, Hanbali, Maliki, dan banyak lagi. 
Tapi tak pernah mendengar dari siapa mereka belajar. 
Popularitas ulama perempuan tenggelam di balik kharisma mereka yang
belajar darinya. Padahal tak ada hilir jika tak ada hulu. Tak kenal 
makatak sayang. Kita memang tak tahu mereka. 
Bagaimana kita menyayanginya?
 
    Tersebutlah sebuah nama, Sayyida Nafisa. Darinya Imam Syafii memperoleh
pengajaran ilmu fiqh, Quran dan hadis. 
Pendiri salah satu dari empat madzhab, bahkan madzhab terbesar yang diikuti umat Islam Indonesia ini,
sengaja datang dari Baghdad. Ia menyusul cucu Imam Hasan, 
lima tahun setelah perempuan itu berada di Kairo Mesir.
Tapi nama Sayyida Nafisa  seolah tak dikenal umat Islam Indonesia. 
Merekahanya tahu Imam Syafii, pendiri madzhab Syafii. 
 
     Sayyida Nafisa lahir di Madinah pada tahun 145 Hijriah. 
Ia keturunan langsung Nabi Muhammad SAW melalui cucu beliau Imam Hasan. 
Puterapasangan Ali dan Fatimah itu memiliki seorang anak bernama Zaid, 
danselanjutnya Zaid mempunyai anak bernama Hasan Al Anwar, 
ayah Nafisa. Jadi, Hasan Al Anwar adalah cucu Imam Hasan. 
 
      Karena itu wajar jika Sayyida Nafisa juga mewarisi kecerdasan sekaligus kefasihan berbicara. 
Perempuan ini tergolong ahlul bayt Rasulullah.
Dari keluarganya, ia memperoleh pengetahuan tentang Islam. 
Pendeknya jalur kekeluargaan serta kehidupan keseharian yang ia jalankan 
membuat wawasannya tentang Alquran dan hadis Nabi sangat luas. 
 
     Nafisa kecil selalu dibawa ayahnya ke Masjid Nabawi untuk shalat dan bermunajat. 
Hasan Al Anwar yang sempat menjadi gubernur Madinah biasa berlama-lama 
di makam datuknya Muhammad SAW. Nafisa kecil mendampingi tiap kali ayahnya ke Al Haram. 
Kala itu usianya masih balita. Ia masih dituntun menuju makam Rasul sampai usianya enam tahun. 
 
     Hasan Al Anwar kerap memperkenalkan anaknya pada Rasulullah.
 ''Ya Rasulullah, ini aku datang bersama putriku Nafisa.'' Kunjungan itu ia
lakukan terus sampai satu kali ia bermimpi berjumpa kakeknya yang mengatakan senang berjumpa 
Nafisa. Rasulullah dalam mimpi Hasan mengaku senang pada Nafisa karena Allah juga menyukainya. 
 
     Kebiasaan semasa kecil terbawa terus. Nafisa menjadi perempuan yang rajin belajar 
dan terus-menerus beribadah di masjid. Karena itu tak heran jika sejak kecil 
ia telah menghafal Alquran dan mengerti hukum Islam sejak belia. 
Melanjutkan tradisi keluarga Rasul, ia juga terbiasa bermunajat di makam Rasul.
 
     Kefasihan bicara, penguasaan ilmu yang baik serta kekhusyukannya beribadah menjadikan 
Nafisa rujukan penduduk Madinah yang hendak bertanya. 
Perempuan yang sangat zuhud dan alim ini segera disukai penduduk Madinah. 
 
     Ia kemudian punya beberapa gelar antara lain 
Nafisat Al Ilm wal Ma'rifat, Nafisat Tahira (wanita suci), Nafisat Al Abida (Nafisa ahli ibadah), 
Nafisat Al Darayn, Sayyidat Ahlul Fatwa, Sayyidat Al Karamat dan Umm Al Awaajiz. 
Kesemuanya itu merujuk pada kehidupan dan keulamaannya. 
 
   Hidup miskin Diusia 16 tahun, Nafisa menikah.  Ia disunting Ishaq Mu'taman, 
keturunan langsung Imam Al Husain, saudara Imam Hasan putra Ali dan Fatimah. 
Dari pernikahan ini, Nafisa memiliki dua anak Al Qasim dan Ummu Kaltsum. 
Menikah, tak menjadikan perempuan ini menarik diri dari kegiatan Belajar dan mengajar. 
Karena memang itu pesan yang disampaikan datuknya  Muhammad SAW. 
Ia juga berangkat ke Makkah untuk ibadah haji.
Dan ia memilih  jalan kaki sementara yang lain berkendaraan unta. 
''Aku malu pada kakekku Muhammad bila pergi ke Makkah berkendaraan.'' 
Begitu dia memberi alasan.
 
 
   Saat berusia 44 tahun, Sayyida Nafisa hijrah ke Mesir.
 Tak ada penjelasan mengapa ia pindah ke negeri di seberang benua itu. 
Namun sebelum ia tiba, simpati masyarakat telah diperolehnya. Masyarakat 
Mesir sangat menghormati ulama perempuan keturunan Rasulullah. 
Saat datang, Sayyida Nafisa disambut bak putri.  Ia diarak dengan lagu-lagu shalawat. 
 
        Putri Hasan Al Anwar ini lantas tinggal di kediaman Jamaluddin Abdullah Al Jassas, 
rekannya yang orang Mesir. Tiap saat rumah ini selalu dikerumuni orang. 
Mereka datang untuk belajar,  meminta doa,ber-tabarruk, atau ikut beribadah. 
Merasa tak enak hati dengan pemilik rumah, 
Sayyida Nafisa pindah ke rumah temannya Ummu Hani yang sekarang berada 
di distrik al Hasaniyya. Namun kepindahan tak membawa perubahan. 
Umat Islam Mesir dari berbagai pelosok masih mengunjunginya. 
 
           Pada akhirnya, Sayyida Nafisa merasa tak lagi bisa khusyuk dalam  berdoa. 
Rumahnya selalu ramai. Sementara tak mungkin menolak permintaan masyarakat yang 
datang meminta doa, ia merasa kehilangan waktu untuk berdua saja dengan Sang Pencipta, 
atau saat ia hendak berbicara dengan kakeknya Rasulullah. 
 
        Perempuan ini menyerah. Ia memutuskan untuk kembali ke Madinah Al Munawwarah. 
Namun,  keputusannya mengecewakan rakyat Mesir. Melalui gubernur Mesir, 
mereka memohon salah satu keturunan Nabi itu tak meninggalkannya. 
Umat Islam Mesir butuh bimbingannya. 
Mereka merasa kehadiran Sayyida Nafisa membawa berkah. 
 
      Lagi-lagi ia tak dapat mengelak. Sayyida Nafisa mengalah. Ia tak  mungkin 
meninggalkan masyarakat  yang begitu mencintainya. Ia memutuskan untuk tinggal. 
Tentu masyarakat Mesir bersuka cita.Sebagai rasa terima kasih, gubernur Mesir kala itu 
Sirri bin Hakam menghadiahkan sebuah rumah  di tempat lain. 
Rumah itu berada di lahan yang lebih besar. Dengan begitu kerumunan dapat tertampung. 
Ia juga  bisa mengatur waktu untuk bermunajat, mengajar dan menerima kunjungan. 
Pada akhirnya  ia menerima masyarakat pada hari tertentu. 
Selebihnya adalah waktu pribadi untuk ibadah dan mengajar. 
 
         Di rumah baru itu kemudian Sayyida Nafisa menerima murid. Ia khusus mengajar 
hukum Islam, Alquran dan hadis. Salah satu muridnya yang kemudian sangat terkenal adalah
 Imam Syafii. Imam Syafii datang lima tahun setelah Nafisa tiba di Kairo. Murid lain yang juga 
menjadi besar adalah Imam Utsman bin Said Al Misri, Dzun Nun Al Misri, dan Masri Al Samarkandi. 
 
          Imam Syafii dan Sayyida Nafisa lantas berkolaborasi. 
Mereka mengelola majelis pembelajaran itu  bersama.  Di tempat Sayyida Nafisa, 
Imam Syafii bisa tinggal enam jam dalam sehari. a mengajar ilmu kalam, fiqh dan  tafsir. 
 
       Imam Syafii juga memimpin shalat di markas Sayyida Nafisa. Gurunya itu akan menjadi makmum 
dan  berdiri di belakang. Sampai saat sakitnya, Imam Syafii masih berkunjung ke rumah 
Sayyida Nafisa.Ia meminta doa. Dan saat tak mampu lagi berjalan, 
ia mengirim muridnya untuk duduk di majelis yang dipimpin Sayyida Nafisa. 
 
     Si murid lantas menyampaikan salam Imam Syafii. ''Saudara sepupumu ini tengah terbaring sakit. 
Doakan aku agar segera sembuh.'' Begitu pesan yang dititipkan Imam buat guru Sayyida Nafisa. 
Sampai satu saat,  Sayyida Nafisa mengatakan kepada orang yang dititipi pesan kata-kata
'Mudah-mudahan Allah akan bertemu dengannya. Sebuah pertemuan yang teramat baik.'
 
      Pesan tersebut dimaknai Imam Syafii sebagai pertanda bahwa saat kematiannya telah dekat. 
Ia lantas mengirimkan lagi utusan yang menyampaikan permohonan terakhir agar Sayyida Nafisa 
berkenan menshalatkan jenazahnya setelah ia meninggal. 
 
      Sayyida Nafisa menshalatkan Imam Syafii di rumahnya, tempat mereka  biasa mengaji bersama. 
Jenazah Imam Syafii dibawa ke rumah Sayyida Nafisa untuk dishalatkan.
Ulama yang satu ini hidup sebagai seorang sufi.  Diriwayatkan ia hanyam makan sekali tiap tiga hari. 
Ia bahkan menyalurkan lagi hadiah yang diberikan gubernur Mesir berupa uang kepada orang miskin 
di sekitarnya.Apapun yang dihadiahkan kepadanya akan ia sebar lagi kepada mereka yang 
membutuhkan. Ia memilih hidup sangat miskin meski dengan kepintaran yang sangat kaya. 
 
Subhanallah....